PERJALANAN SANG PRABU SILIHWANGI
Kisah Prabu Siliwangi sangat dikenal dalam sejarah Sunda sebagai Raja
Pajajaran. Salah satu naskah kuno yang menjelaskan tentang perjalanan Prabu Siliwangi
adalah kitab Suwasit.Kitab yg di tulis dngn menggunakan bhs.sunda kuno di dalam
selembar kulit Macan putih yg di temukan di desa pajajar Rajagaluh jawa barat.
Prabu Siliwangi seorang raja besar pilih tanding sakti Mandraguna,
Arif & Bijaksana Memerintah Rakyatnya di kerajaan Pakuan. Pajajaran
Putra Prabu Anggalarang atau Prabu dewa Niskala Raja dari kerajaan Gajah dari
dinasti Galuh yang berkuasa di Surawisesa atau Kraton Galuh di Ciamis Jawa
barat.
Pada masa mudanya dikenal dengan nama Raden Pamanah Rasa. Sejak kecil
beliau Diasuh oleh Ki Gedeng Sindangkasih, seorang juru pelabuhan Muara Jati di
kerajaan singapura (seblum bernama kota cirebon).Setelah Raden pemanah Rasa
Dewasa sudah cukup ilmu yg diajarkan oleh ki gedeng sindangkasih. Beliau kembali
ke kerajaan Gajah untuk Mengabdi kepada ayahandanya prabu Angga Larang/dewa
Niskala. Setelah itu Raden pemanah Rasa Menikahi Putri ki gedeng
sindangkasih. Yg bernama nyi Ambet kasih.
Ketika itu Kerajaan gajah dalam pemerintahan Prabu dewa Niskala atau prabu
Angga Larang sedang dlm masa keemasanya. Wilayahny terbentang Luas dari Sungai
Citarum Di karawang yg berbatasan Langsung dengan kerajaan Sunda,smpai sungai
ci-pamali berbatasan Dengan Majapahit. Silsilah Prabu Siliwangi sebagai
keturunan ke-12 dari Maharaja Adimulia.
MAHA RAJA ADI MULYA / RATU GALUH AJAR SUKARESI Menikahi Dewi Naganingrum /
Nyai Ujung Sekarjingga berputra :
PRABU CIUNG WANARA berputra :
SRI RATU PURBA SARI berputra :
PRABU LINGGA HIANG berputra :
PRABU LINGGA WESI berputra :
PRABU SUSUK TUNGGAL berputra :
PRABU BANYAK LARANG berputra :
PRABU BANYAK WANGI berputra :
PRABU MUNDING KAWATI / PRABU LINGGA BUANA berputra :
PRABU WASTU KENCANA ( PRABU NISKALA WASTU KANCANA )berputra :
PRABU ANGGALARANG ( PRABU
DEWATA NISKALA ) menikahi Dewi Siti Samboja / Dewi Rengganis berputra :
SRI BADUGA MAHA RAJA PRABU SILIHWANGI/PRABU PEMANAH RASA (1459-1521M)
PRABU CIUNG WANARA berputra :
SRI RATU PURBA SARI berputra :
PRABU LINGGA HIANG berputra :
PRABU LINGGA WESI berputra :
PRABU SUSUK TUNGGAL berputra :
PRABU BANYAK LARANG berputra :
PRABU BANYAK WANGI berputra :
PRABU MUNDING KAWATI / PRABU LINGGA BUANA berputra :
PRABU WASTU KENCANA ( PRABU NISKALA WASTU KANCANA )berputra :
PRABU ANGGALARANG ( PRABU
DEWATA NISKALA ) menikahi Dewi Siti Samboja / Dewi Rengganis berputra :
SRI BADUGA MAHA RAJA PRABU SILIHWANGI/PRABU PEMANAH RASA (1459-1521M)
Pada suatu Hari Prabu AnggaLarang Geram karna Banyak dari penduduknya di
muara jati yg beragama Hindu Pindah keagama Baru yg Dibawa oleh Alim Ulama dari
Campa kamboja bernama Syekh Quro Agama tersebut Bernama islam. Maka di Utuslah
Beberapa orang kepercayaannya Untuk Mengusir Ulama itu dari tanah jawa.
Konon kabarnya,Ulama besar yang bergelar Syekh Qurotul’ain dengan nama
aslinya Syekh Mursyahadatillah atau Syekh Hasanudin.beliau adalah seorang yang
arif dan bijaksana dan termasuk seorang ulam yang hafidz Al-qur’an serta ahli
Qiro’at yang sangat merdu suaranya. Syekh Quro adalah putra ulama besar Mekkah,
penyebar agama Islam di negeri Campa (Kamboja) yang bernama Syekh Yusuf Siddik
yang masih keturunan dari Sayidina Hussen Bin Sayidina Ali RA.dan Siti Fatimah
putri Rosulullah SAW.
Sebelum Beliau datang ke tanah jawa sekitar tahun 1409 Masehi,Syekh Quro
pertama kali menyebarkan Agama islam di negeri Campa Kamboja ,lalu ke daerah
Malaka dan dilanjutkan ke daerah Martasinga Pasambangan dan Japura akhirnya
sampailah ke Pelabuhan Muara Jati yg saat itu syahbandar di gantikan oleh ki
gedeng Tapa karna Ki gedeng sindangkasih telah Wafat.
Disini beliau disambut dengan baik oleh Ki Gedeng Tapa atau Ki Gedeng
Jumajan Jati,yang masih keturunan Prabu Wastu Kencana Ayah dari Prabu
Anggalarang dan, oleh masyarakat sekitar. Mereka sangat tertarik dengan ajaran
yang disampaikan oleh Syekh Quro yang di sebut ajaran agama Islam. Sampailah
para utusan itu di depan pondokan syech Quro,Utusan itu Menyampaikan Perintah
dari Rajanya Agar penyebaran agama Islam di muara jati Harus segera dihentikan.
Perintah dari Raja Gajah tersebut dipatuhi oleh Syeh Quro.namun,kepada utusan prabu
Anggalarang yang mendatangi Syekh Quro, beliau mengingatkan,meskipun ajaran
agama Islam dihentikan penyebarannya. Tapi kelak, dari keturunan Prabu
Anggalarang akan ada yang menjadi seorang Wali Allah.
Beberapa saat kemudian beliau pamit pada Ki Gedeng Tapa untuk kembali ke
negeri Campa,di waktu itu pula Ki Gedeng Tapa menitipkan putrinya yang bernama
Nyi Mas Subang Larang,untuk ikut dan berguru pada Syekh Quro. BerangkatLah Syeh
Quro bersama Nyi subang Larang dngn menggunakan Perahu kembali ke negri campa
kamboja.
Sebagai Seorang putra Raja Beliau tidak Betah tinggal diam di istana, Raden
Pamanah Rasa kerap mengembara Menyamar menjadi rakyat jelata dari daerah satu
ke daerah Lainya,Menolong yg Lemah & Memberantas Keangkaramurkaan, gemar
bertapa & mencari kesaktian.
Di dalam salah satu pengembarannya, Ketika beliau hendak beristirhat di
Curug atau air terjun, curug itu bernama Curug Sawer yg terletak di daerah
Majalengka,Raden pemanah Rasa dihadang oleh siluman Harimau Putih pertempuran
pun tak terelakkan. Raden Pamanah Rasa dan Siluman Harimau Putih yang diketahui
memiliki kesaktian tinggi itu pun bertarung sengit hingga setengah hari, namun
kesaktian Prabu Pamanah Rasa berhasil memenangi pertarungan dan membuat siluman
Harimau Putih tunduk kepadanya. Harimau Putih itu memberi sebuah pusaka yg
terbuat dari kulit Macan. Dengan pusaka itu beliau bisa terbang laksana burung,
menghilang tak terlihat oleh mata (ajian Halimun), berjalan secepat angin
(Ajian saepi Angin) dan bisa mendatangkan bala tentara Jin.
Harimau itupun memutuskan untuk mengabdi kepada Raden Pamanah Rasa sebagai
pendamping beliau. Dengan tunduknya Raja Siluman Harimau Putih,maka meluaslah
wilayah kerajaan Gajah. Siluman Harimau Putih beserta pasukannya selanjutnya
dengan setia mendampingi dan membantu Raden Pamanah Rasa.
Salah satunya kala kerajaan Gajah menundukkan kerajaan-kerajaan yg
memeranginya. Siluman Harimau Putih juga turut membantu Raden Pamanah rasa saat
kerajaan Pajajaran diserang oleh pasukan Mongol pada Masa kekaisaran Kubilai khan.
Karna Jasa-jasa Anaknya yg begitu besar dalam Kejayaan kerajaan gajah,maka
diangkatlah Raden Pemanah Rasa sebagai raja kedua di kerajaan tersebut.
Prabu Pamanah Rasa pun selanjutnyamengubah nama kerajannya menjadi
kerajaan Pajajaran. Yang
berarti menjajarkan atau menggabungkan kerajaan Gajah dengan kerajaan Harimau
Putih. Seiring meluasnya wilayah kerajaan Gajah,Prabu Pamanah Rasa kemudian
membuat senjata sakti yang pilih tanding. Beliau menyuruh Eyang Jaya Perkasa
untuk membuat senjata pisau berbentuk harimau sebanyak tiga Buah,Dalam Tiga
Warna, yaitu Kuning, Hitam, Putih. Senjata pertama yang berwarna hitam,dibuat
dari batu yang jatuh dari langit yang sering disebut meteor, yang dibakar
dengan kesaktian Prabu Pamanah Rasa Dalam membentuk besi yang diperuntukkan
untuk membuat senjata tersebut.
Senjata Kedua dibuat dari air,api yang dingin,yang warnanya kuning
dibekukan menjadi besi kuning, Senjata ketiga dari besi biasa yang direndam
dalam air hujan menjadi putih berkilau. Senjata itu selesai dalam waktu tujuh
hari. semalam penuh Pengeran Pamanah Rasa memikirkan nama untuk senjata sakti
tersebut,tepat ayam berkokok ditemukan nama untuk ketiga barang tersebut, pisau
pusaka itu di beri nama KUJANG (Senjata Berbentuk Harimau), dikarenakan pusaka
itu ada tiga,Maka kujang tersebut di beri nama KUJANG TIGA SERANGKAI,yang
Artinya BEDA-BEDA TAPI TETAP SAMA.
Senjata itu berbentuk melengkung dengan ukiran harimau di gagangnya. Ukiran
harimau di gagang Kujang konon sebagai pengingat terhadap pendamping setianya,
siluman Harimau Putih, dan pusaka itu yg kini menjadi lambang dari propinsi
Jawa Barat.
Beberapa Tahun kemudian Syekh Quro datang kembali ke negeri Pajajaran
beserta Rombongan para santrinya,dengan menggunakan perahu dagang dan serta
didalam rombongan adalah, Nyi Mas Subang Larang, Syekh Abdul Rahman. Syekh
Maulana Madzkur dan Syekh Abdilah Dargom. Setelah Rombongan Syekh Quro melewati
Laut Jawa dan Sunda Kelapa dan masuk Kali Citarum,yang waktu itu di Kali
tersebut ramai dipakai Keluar masuk para pedagang ke Pajajaran,akhirnya
rombongan beliau singgah di Pelabuhan Karawang. Menurut buku sejarah masa silam
Jawa Barat yang terbitan tahun 1983 disebut Pura Dalem. Mereka masuk Karawang
sekitar 1416 M. Yang mungkin dimaksud Tangjung Pura, dimana kegiatan
Pemerintaahan dibawah kewenangan Jabatan Dalem. Karena rombongan
tersebut,sangat menjunjung tinggi peraturan kota Pelabuhan,sehingga aparat
setempat sangat menghormati dan,memberikan izin untuk mendirikan Mushola ( 1418
Masehi) sebagai sarana Ibadah sekaligus tempat tinggal mereka.
Setelah beberapa waktu berada di pelabuhan Karawang, Syekh Quro
menyampaikan Dakwah-dakwahnya di Mushola yang dibangunya (sekarang Mesjid Agung
Karawang ).dari urainnya mudah dipahami dan mudah diamalkan,ia beserta
santrinya juga memberikan contoh pengajian Al-Qur’an menjadi daya tarik
tersendiri di sekitar karawang.
Ulama besar ini sering mengumandangkan suara Qorinya yang merdu bersama
murid-muridnya,Nyi Subang Larang,Syekh Abdul Rohman,Syekh Maulana Madzkur dan
santri lainnya seperti Syekh Abdiulah Dargom alias Darugem alias Bentong bin
Jabir Modafah alias Ayekh Maghribi keturunan dari sahabat nabi (sayidina Usman
bin Affan).
Berita kedatangan kembali Syekh Quro rupanya terdengar oleh Prabu
Anggalarang yang pernah melarang penyebaran agama islam di muara jati,sehingga
Prabu Anggalarang mengirim utusannya.untuk menutup pesantren Syekh Quro dengan
paksa. Utusan yang datang itu adalah Putra Mahkota yang bernama Raden Pamanah
Rasa. Sesampainya di depan pesantren Raden pemanah Rasa tertambat hatinya oleh
alunan suara merdu yang dikumandangkan oleh Nyi Subang Larang,”Saat
menlantunkan Ayat-ayat Al Qur’an. Prabu Pamanah Rasa akhirnya mengurungkan
niatnya untuk menutup pesantren tersebut. Atas kehendak yang Maha Kuasa Prabu
Pamanah Rasa,menaruh perhatian khususnya pada Nyi Subang Larang yang cantik dan
merdu suaranya.
Beliau pun menyampaikan keinginanya untuk mempersunting Nyi Subang Larang
sebagai permaisurinya. Pinangan tersebut diterima tapi,dengan syarat mas
kawinnya yaitu Lintang Kerti Jejer Seratus,yang di maksud itu adalah simbol
dari Tasbeh yang merupakan alat untuk berdzikir. Selain itu,Nyi Subang Larang
mengajukan syarat lain agar kelak anak-anak yang lahir dari mereka harus
menjadi Raja. seterusnya menurut cerita,semua permohonan Nyi Subang Larang
disanggupi oleh Raden Pamanah Rasa.
Atas petunjuk Syekh Quro, Prabu Pamanah Rasa segera pergi ke Mekkah. Di
tanah suci Mekkah, Prabu Pamanah Rasa disambut oleh seorang kakek penyamaran
dari Syekh Maulana Jafar Sidik. Prabu Pamanah Rasa merasa kaget, ketika namanya
di ketahui oleh seorang kakek dan Kekek itu, bersedia membantu untuk mencarikan
Lintang Kerti Jejer Seratus dengan syarat harus mengucapkan Dua Kalimah
Syahadat.Sang Prabu Pamanah Rasa denga tulus dan ikhlas mengucapkan Dua Kalimah
Syahadat sebagai makna pengakuan pada Allah SWT, sabagai satu-satunya Tuhan
yang harus disembah dan Muhammad adalah utusannya. Semenjak itulah, Prabu
Pamanah Rasa atau prabu silihwangi masuk agama Islam dan menerima Lintang Kerti
Jejer Seratus atau Tasbeh. Mulai saat itu, Prabu Pamanah Rasa diberi ajaran
tentang agama islam yang sebenarnya.
Setelah itu Prabu Pamanah Rasa segera kembali ke Kraton Pajajaran,Untuk
melangsungkan pernikahannya denga Nyi Subang Larang waktu terus berjalan maka
pada tahun 1422 M,pernikahan di langsungkan di Pesantren Syekh Quro dan
dipimpin y oleh Syekh Quro.
Hasil dari pernikahan tersebut mereka dikarunai 3anak yaitu:
Hasil dari pernikahan tersebut mereka dikarunai 3anak yaitu:
1. Raden
Walangsungsang/kian santang( 1423 Masehi)
2. Nyi Mas Rara Santang (
1426 Masehi)
3. Raja Sangara ( 1428
Masehi).
Nama Silihwangi pun & dikenal sebagai raja yang mencintai rakyatnya.
Dia meminta agar pajak hasil bumi tidak memberatkan rakyat. Dia juga mengatur
pemerintahan dengan cukup baik sehingga Pajajaran disegani. Kemudian Prabu
Silihwangi Menikahi putri Prabu Susuktunggal Raja dari kerajaan Sunda,yg
bernama KENTRING MANIK MAYANG SUNDA
Jadilah antara Raja Sunda dan Raja Galuh yang seayah ini menjadi besan.Pada
tahun 1482 , Prabu Dewa Niskala menyerahkan Tahta Kerajaan Galuh kepada
puteranya Raden pemanah Rasa atau Jaya Dewata. Demikian pula dengan Prabu
Susuktunggal yang menyerahkan Tahta Kerajaan Sunda kepada menantunya
ini(Jayadewata). Dengan peristiwa yang terjadi pada tahun 1482 itu, kerajaan
warisan Wastu Kencana berada kembali dalam satu tangan yaitu PRABU SILIHWANGI.
Beliau memutuskan untuk berkedudukan di Pakuan sebagai “Susuhunan” karena
ia telah lama tinggal di sina menjalankan pemerintahan sehari-hari mewakili
mertuanya. Sekali lagi Pakuan menjadi pusat pemerintahan. Zaman Pajajaran
diawali oleh pemerintahan Prabu Jayadewata yang bergelar Sri Baduga Maharaja
prabu silihwangi yang memerintah selama 39 tahun (1482 – 1521). Pada masa
inilah Pakuan Pajajaran mencapai puncak perkembanganya. Gemah Ripah Loh
Jinawi,Daerah kekuasaanya sepertiga pulau Jawa yg terbentang Luas dari
ujungkulon sampai ke Dataran tinggi Dieng jawa tengah.wilayah ini kala itu di
sebut tataran Sunda.
Singkat Cerita Setelah Prabu Silihwangi di tinggal nyi Subang Larang ke
Rahmat Allah,istri yg paling di cintainya. Beliau mulai Melupakan islam yg
pernah di ikrarkanya,Beliau lebih Memilih Kembali Memeluk Agama yg di Anut
leluhurnya(sunda wiwitan). Sedangkan Raden Walangsungsang yang juga putra
mahkota Kerajaan Pajajaran berkeinginan untuk berguru agama Nabi Muhammad saw.
Lalu,ia mengutarakan maksudnya kepada ayahandanya, Prabu Siliwngi. Namun, Prabu
Siliwangi melarang bahkan mengusir Walangsungsang dari istana. Pangeran
walangsungsang lahir dikeraton Pajajaran bertepatan dengan Tahun 1423 Masehi.
Pada masa mudanya ia memperoleh pendidikan yang berlatar belakang kebangsawanan
dan politik, kurang lebih 17 tahun lamanya ia hidup di Istana Pajajaran.
Pada suatu malam, Walangsungsang melarikan diri meninggalkan istana Pakuan
Pajajaran. Ia menuruti panggilan mimpi untuk berguru agama nabi kepada Syekh
Nurjati, seorang pertapa asal Mekah di bukit Amparan Jati cirebon. Dalam
perjalanan mencari Syekh Nurjati,Walangsungsang bertemu dengan seorang pendeta
Budha bernama Resi Danuwarsi. Kemudian Beliau pergi menuju Gunung Dihyang di
Padepokan Resi Danuwarsih, masuk wilayah Parahiyangan Bang Wetan. Resi Danuwarsih
adalah seorang Pendeta Budha yang menjadi penasehat Keraton Galuh, ketika
Ibukota Kerajaan masih di Karang Kamulyan Ciamis. Sulit dibayangkan bagaimana
keteguhan Sang Pangeran yang muslim, berguru kepada seorang Pendeta yang secara
lahiriah masih beragama Budha. Mungkin saja secara hakiki sang Danuwarsih sudah
Islam meskipun tingkah lakunya masih Hindu-Budha. Tetapi yang Jelas kedatangan
Putra Sulung Prabu Siliwangi di Padepokan Gunung Dihyang disambut suka cita
oleh pendeta Danuwarsih. Dan untuk menyempurnakan kegembiraan tersebut, sang
Guru menikahkan putri satu-satunya yang bernama Endang Geulis. Darinyalah lahir
seorang putri yang bernama Nyai Mas Pakungwati yang kelak kemudian hari menjadi
permaisuri Kanjeng Sunan Gunung jati. Begitupun Rara santang adik
Walangsungsang yang juga berkeinginan untuk mempelajari agama nabi,Rarasantang
amat bersedih hati ditinggalkan pergi oleh kakaknya. Ia terus menerus menangis.
Jerit hatinya tak tertahankan lagi hingga akhirnya ia pun pergi meninggalkan
istana Pakuan Pajajaran. Lalu, Prabu Siliwangi mengutus Patih Arga untuk
mencari sang putri. Ia tidak diperkenankan pulang jika tidak berhasil menemukan
Rarasantang. Namun, usaha Patih Arga sia-sia belaka karenanya ia tidak berani
pulang.
Akhirnya, ia mengambil keputusan mengabdi di negeri Tajimalela. Sementara
itu, perjalanan Rarasantang telah sampai ke Gunung Tangkuban-perahu dan bertemu
dengan Nyai Ajar Sekati. Rarasantang diberi pakaian sakti oleh Nyai Sekati
sehingga ia bisa berjalan dengan cepat. Nyai Sekati memberi petunjuk agar
Rarasantang pergi ke gunung Cilawung menemui seorang pertapa. Di gunung
Cilawung, oleh ajar Cilawung nama Rarasantang diganti menjadi Nyai Eling dan
diramal akan melahirkan seorang anak yang akan menaklukkan seluruh isi bumi dan
langit,dikasihi Tuhan, dan menjabat sebagai pimpinan para wali. Selanjutnya,
Nyai Eling diberi petunjuk agar meneruskan perjalanan ke Gunung Merapi.
Cerita beralih dengan menceritakan Resi Danuwarsi yang juga dikenal dengan
nama Ajar Sasmita,yang tengah mengajar Walangsungsang. Sang Danuwarsi mengganti
nama Walangsungsang menjadi Samadullah dan menghadiahi sebuah cincin bernama
Ampal yang berkesaktian dapat dimuati segala macam benda. Ketika keduanya
tengah asyik berbincang-bincang tiba-tiba datanglah Rarasantang yang serta
merta memeluk kakaknya. Di Gunung Merapi, Walangsungsang di nikahkan dengan
indang geulis putri dari Resi Danuwarsi. Sesuai dengan petunjuk Resi Danuwarsi,
Samadullah beserta istri dan adiknya meninggalkan Gunung Merapi menuju bukit
Ciangkup. Indang Geulis dan Rarasantang “dimasukkan” ke dalam cincin Ampal. Di
bukit Ciangkup tempat bertapa seorang pendeta Budha bernama Sanghyang Naga,
Samadullah diberi pusaka berupa sebilah golok bernama golok Cabang yang dapat
berbicara seperti manusia dan bisa terbang. Setelah mengganti nama
Samadullah,Sanghyang Naga memberi petunjuk agar Samadullah melanjutkan
perjalanan ke Gunung Kumbang menenemui seorang pertapa yang bergelar Nagagini
yang sudah teramat tua.
Nagagini adalah seorang pendeta yang mendapat tugas dewata untuk menjaga
beberapa jenis pusaka: kopiah waring,badong bathok (hiasan dada dari
tempurung), serta umbul-umbul yang harus diserahkan kepada putera Pajajaran.
Atas petunjuk Nagagini, Walangsungsang kemudian berangkat ke Gunung Cangak.
Nagagini memberi nama baru bagi Walangsungsang, yakni Karmadullah. Ketika tiba
di Gunung Cangak, Walangsungsang melihat pohon kiara yang setiap cabangnya
dihinggapi burung bangau. Walangsungsang bermaksud menangkap salah seekor
burung bangau itu, tetapi khawatir semuanya akan terbang jauh. Ia teringat akan
pusakanya kopiah waring yang khasiatnya menyebabkan ia tidak akan terlihat oleh
siapapun termasuk jin dan setan.
Kopiah Waring segera ia pakai, lalu ia mengambil sebatang bambu untuk
membuat bubu yang dipasang disalah satu cabang kiara. Dalam bubu itu diletakkan
seekor ikan. Burung-burung bangau tertarik melihat ikan dalam bubu hingga
membuat suara berisik dan menarik perhatian raja bangau (Sanghyang Bango) yang
segera mendekati “rakyatnya”. Raja Bango berusaha mengambil ikan dalam bubu,
namun ia terjebak masuk ke dalam perangkap dan tak dapat keluar, dan akhirnya
ditangkap oleh Walangsungsang. Raja Bango mengajukan permohonan agar tidak
disembelih, dan ia menyatakan takluk kepada Walangsunsang serta
mengundangnya untuk singgah di istananya guna diberi pusaka. Di dalam istana,
Raja Bango berubah menjadi seorang pemuda tampan dan menyerahkan benda pusaka
berupa: periuk besi, piring, serta bareng. Periuk besi dapat dimintai nasi
beserta lauk pauknya dalam jumlah yang tidak terbatas, piring dapat
mengeluarkan nasi kebuli, sedangkan bareng dapat mengeluarkan 100.000 bala
tentara.
Sanghyang Bango memberi nama Raden Kuncung kepada Walangsungsang yang
kemudian melanjutkan perjalanan ke Gunung Jati. Setibanya di gunung Jati, Walangsungsang
menghadap Syekh Nurjati yang juga bernama Syekh Datuk Kafi yang berasal dari
Mekah, dan masih keturunan Nabi Muhammad dari Jenal Ngabidin. Lalu,
Walangsungsang berguru kepada Syekh Nurjati dan menjadi seorang muslim dengan
mengucapkan syahadat. Setelah ilmunya dianggap cukup, Syekh Datuk Kafi menyuruh
Walangsungsang untuk mendirikan perkampungan di tepi pantai. Walangsungsang
memenuhi perintah gurunya. Ia pun berangkat menuju Kebon Pesisir, berikut istri
dan adiknya, yang di “masukkan” ke dalam cincin Ampal. Perkampungan baru yang
akan dibukanya kelak dikenal dengan nama Kebon Pesisir, sedangkan pesantrennya
diberi nama Panjunan. Dalam pada itu, Syekh Datuk Kafi memberi gelar kepada
Walngsungsang dengan sebutan Ki Cakrabumi. Selanjutnya,Cakrabumi membuka hutan
dengan Golok Cabang. Dengan kesaktian Golok Cabang, hutan lebat telah dibabat
dalam waktu singkat. Ketika goloknya bekerja membabat hutan, pohon-pohonan
roboh dengan mudah, lalu golok mengeluarkan api dan membakar kayu-kayu hutan
sehingga dalam waktu singkat pekerjaan sudah selesai; sementara
Walangsungsang tidur mendengkur.
Hutan yang dirambah cukup luas sehingga pendatang-pendatang baru tidak
perlu bersusah payah membuka hutan. Dalam waktu singkat, pedukuhan baru itu
sudah banyak penduduknya,dan mereka menamakan Cakrabuwana dengan sebutan Kuwu
Sangkan. Kuwu Sangkan sendiri tidak bertani karena pekerjaannya hanyalah
menjala ikan dan membuat terasi. Jemuran terasi yang dibuatnya membentang ke
selatan hingga Gunung Cangak di tanah Girang. Suatu ketika, ia pulang ke
rumahnya yang terletak di Kanoman, ternyata gurunya, Syekh Datuk Kahfi telah
berada disana. Ketika Syekh Datuk Kahfi menemui Walangsungsang di Kebon
Pesisir, ia menganjurkan supaya Walangsungsang dan adiknya menunaikan ibadah
haji ke Mekah. Di mekkah kemudian mereka berkenalan dengan patih dari mesir yg
sedang mencari permaisuri untuk rajanya,dari perkenalan itu akhirnya raja mesir
menikah dengan nyi Rara santang dengan maskawin sorban nabi muhammad saw,Rara
santang tinggal di Mesir bersama Suaminya & kian santang Pulang kembali ke
pulau Jawa,ketika Rarasantang sedang Hamil tersiarlah kabar Bahwa Raja Mesir
Wafat saat berkunjung ke negri Rum di kerajaan saudaranya, Kesedihan
Rarasantang yang sedang hamil tua itu tak terbayangkan lagi mendengar kematian
suaminya,apalagi masa kehamilannya telah mencapai usia 12 bulan.
Rara santang di karuniahi anak kembar yaitu syarif hidayatulloh &
syarif Arifin. Ketika Mereka berdua dewasa,tahta kerajaan mesir di turunkan ke
pada syarif hidayatullah tapi Beliau Menolaknya dan Memberikanya pada Adik
kembarnya syarif Arifin,syarif hidayatullah lebih Memilih Berdakwah ke pulau
Jawa di tanah Leluhurnya,Setelah sampai Di muara Jati Beliau Bertemu dengan
Walangsungsang,uwaknya yg telah berganti Nama pangeran Cakrabuana,kemudian di
Nikahkanlah Syarif Hidayatullah dengan putri Uwaknya yg bernama Nyi mas Pakung
Wati.
Kemudian Syarif Hidayatullah di Angkat menjadi Waliyulloh dengan sebutan
Sunan Gunung Jati dengan gelar Tumenggung Syarif Hidayatullah bin Maulana Sultan
Muhammad Syarif Abdullah dan bergelar pula sebagai Ingkang Sinuhun Kanjeng
Susuhunan Jati Purba Panetep Panatagama Awlya Allah Kutubid Jaman Khalifatur
Rasulullah.
Pada tahun 1479 M, kedudukan Pangeran Cakrabuana sebagai Raja di keraton
Pakung wati kemudian digantikan Sunan Gunung Jati,Beliau Lalu Mendirikan
Kesultanan Cirebon Sebagai Pusat Penyebaraan Agama islam di tataran
Sunda,Pertumbuhan dan perkembangan yang pesat pada Kesultanan Cirebon dimulai
oleh Syarif Hidayatullah dengan membentuk Dewan Dakwah Sembilan Wali atau Wali
Songo sebagai tokoh Ulama penyebar Agama islam di Jawa. Dan kemudian Syarif
Hidayatullah diyakini sebagai pendiri dinasti raja-raja Kesultanan Cirebon dan
Kesultanan Banten serta penyebar agama Islam di Jawa Barat seperti Majalengka ,
Kuningan , Kawali (Ciamis),Sunda Kelapa , dan Banten.
Di Kisahkan,setelah kerajaan2 kecil Bawahan pakuan Pajajaran berhasil di
taklukan oleh kesultanan Demak & cirebon,dan rakyat pajajaran hampir
seluruhnya masuk islam & para pejabat tinggi pajajaran kebanyakan lari
kedaerah banten yaitu daerah badui kabupaten rangkas dan ada yang kegarut serta
kecirebon.
Rakyat & pembesar kerajaan pajajaran yg tidak mau masuk islam &
masih Setia mengikuti ajaran terdahulunya yg Masih Bertahan di kerajaan
Padjajaran,keadaan itu Membuat Prabu Siliwangi bersedih
hati,ketenangan,kedamaian dan ketentraman batinnya yang slalu bergejolak
tentang iman,karna prabu siliwangi bersih keras mengikuti ajaran terdahulunya
dan prabu silihwangi tidak mau mengikuti ajaran istrinya meski secara hakiki
prabusiliwangi telah masuk islam melalui istri nya yang kedua yaitu nyi subang
larang anak ki gedeng tapa. diantara istri dan putra putrinya prabu silihwangi
merasa berdosa tidak meneruskan ajaran islam yang pernah diikrarkannya pada
sumpah perkawinannya dengan nyi subang larang dengan maskawin berupa tasbih
dipondok pesantren syeh Quro dikarawang .
Prabusiliwangi merasa malu dengan istri dan putra putrinya serta cucunya
yang menjadi waliulloh sunan gunung jati, anak dari Rara santang apa lagi pada
waktu itu prabu silihwangi terkalahkan pasukan islam dan rakyat pajajaran
hampir seluruhnya masuk islam. Pada Suatu Hari Berkat kesaktiannya, Prabu
Siliwangi mengetahui kedatangan cucunya,,Sunan gunung Jati. yg bermaksud ingin
Mengajaknya kembali Memeluk islam. Dalam hatinya, ia merasa malu kalau sampai
tunduk kepada cucunya. Dengan kesaktian pusakanya, sebilah Ecis, ia berjalan ke
tengah alun-alun pajajaran dan membaca mantra aji sikir, lalu pusaka Ecis
ditancapkan ke tanah. Seketika itu,negara dan rakyat Pajajaran lenyap dan Sirna
ke Alam ghaib,Pusaka Ecis Itupun berubah pula menjadi rumput ligundi hitam.
Syarif Hidayatullah atau sunan gunung jati yang datang kaget karena kerajaan
pajajaran beserta Rakyatnya telah hilang berpindah ke Alam Ghaib dan berubah
menjadi hutan belantara, Sebelum pergi beliau berucap”Rakyat pajajaran yg
bersembunyi di hutan seperti Harimau”
Seketika itu pula Perkataan Waliullah di kabulkan oleh Allah SWT, rakyat
pajajaran selamanya akan menjadi Harimau sampai Rumput ligundi itu di Cabut.
Kegagalan Sunan gunung Jati dalam Mengislamkan kakeknya,Prabu
silihwangi.Membuat Pangeran Walangsungsang Harus Turun tangan Mengislamkan
Ayahandanya,Prabu silihwangi dengan ilmu Saepi Angin Hanya dalam Sekejap Beliau
Melesat ke Pajajaran yg telah Berubah Menjadi Hutan Belantara. Berkat Kesaktian
Ajian Trawangan walangsungsang Berhasil Menemukan Ayahandanya,Prabu
Silihwangi yg Menggunakan Ajian Halimun.Namun usaha kian santang pun sia-sia
untuk merubah pendirian Ayahandanya,sang prabu tetap bersikukuh tidak mau
memeluk islam.Akhirnya sang prabu beserta pengikutnya merubah wujud mereka
menjadi Harimau Sebagai bukti bulatnya tekad sang prabu untuk tetap mengikuti
Ajaran Leluhurnya. Prabu Siliwangi pun memilih Menghilang atau ngahyang di
kawasan Hutan Sancang ,saat terdesak oleh kejaran putra Sulungnya pangeran
walangsungsang yg Bersikeras Mengajak Ayahandanya Untuk Masuk islam.
Kerajaan Pajajaran & Prabu Silihwangi menghilang bukan berdasarkan
perang melawan anak dan cucunya melainkan hanya semata-mata tidak ingin
membanjiri darah dengan anak cucunya apa lagi prabu siliwangi adalah ayah yang
bijaksana dan Raja yg penuh wibawa pada rakyatnya.
Hikayat ini di tulis Berdasarkan :
-kitab suwasit
-Babad tanah karawang
-Naskah Martasinga
-kitab suwasit
-Babad tanah karawang
-Naskah Martasinga


Komentar
Posting Komentar